
AIMNN, 30/06 – Pemberontak anti-pemerintah di Republik Asassin telah “berhasil merebut kekuasaan” dan mengambil alih negara. Pernyataan tersebut dibuat oleh pemberontak Asassin selumbari (28/06).
Dalam pernyataan tersebut, pemberontak Asassin yang berhasil mengambil alih media sosial resmi pemerintah menyatakan pengambilalihan pemerintahan. Selain itu, pemberontak juga menyatakan mengganti bendera serta lambang negara, dan menyatakan mengganti nama negara menjadi “Republik Cyber Asassin”.
Pemberontak Asassin juga berhasil mengakses dan mengambil alih media hubung resmi negara dengan Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM). Pemberontak Asassin langsung membuat pernyataan mengeluarkan Asassin dari AIM kemarin (29/06).
Selain daripada informasi di atas, masih belum ada kabar terbaru mengenai keadaan Asassin setelah pengambilalihan kekuasaan. Informasi mengenai pemimpin negara yang digulingkan, serta nasib pemimpin Asassin sebelumnya, juga masih simpang siur.
Perwakilan Asassin Memberi Peringatan
Sebelum pemberontak berhasil mengambil alih negara, presiden Asassin sebelumnya telah mengeluarkan peringatan terkait gejolak di negaranya. Amaran tersebut dibuat oleh perwakilan Asassin di Majelis Umum AIM pada 26 Juni kemarin.
Dalam pernyataannya, perwakilan Asassin menyatakan bahwa sedang terjadi protes yang dipimpin oleh kelompok anti-UU Siber yang dibuat pemerintah Asassin sebelumnya. Perwakilan Asassin tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana UU Siber tersebut menyebabkan protes.
Perwakilan Asassin pula menyatakan bahwa pemberontak akan memblokir akses pemerintah dengan negara-negara mikro lain, termasuk di antaranya AIM, apabila berhasil mengambil alih pemerintahan.
Kurang Informasi
Negara-negara anggota AIM menyatakan masih berusaha mencari informasi lebih lanjut mengenai Asassin setelah pengambilalihan kekuasaan tersebut, terlebih karena sebelumnya sangat sedikit informasi yang diberikan pemerintah Asassin sehingga membuat negara anggota masih belum menentukan sikap.
Pemimpin Halenesia, Jan II menyatakan bahwa ia masih perlu informasi lebih lanjut tentang Asassin. “[karena kurangnya informasi] … kita mau membantu namun tidak tahu apa yang terjadi”, sebutnya.
Selain itu, pemimpin Institut Suwarnakarta Nabil Ihsan juga menyayangkan kurang terbukanya Asassin dengan masalah negaranya, “Seharusnya Asassin bisa memanfaatkan AIM untuk mencari dukungan apabila terjadi pertentangan di negara tersebut”, ucapnya kemarin (29/06).