AIMNN, 06/09 – Democratic Socialist Republic of Jomblonisme has commenced its office term as Chairman of the Association of Indonesian Micronations (AIM) after a simple ceremony on AIM General Assembly took place last Tuesday (01/09). Jomblonisme accepted AIM chairmanship from acting chairman whom served since Harjakarta dissolution last July.
On the assembly session presided over by acting chairman representative Nabil Ihsan of Suwarnakarta Institute, he immediately declares Jomblonisme to presides over the chairmanship as AIM convention on chairman rotation system puts the country to replace Harjakarta, the previous in line. “I declare that Jomblonisme would presides over as AIM Chairman from today” said Nabil as he struck the gavel to officiates the declaration.
Jomblonisme president, Eri Septio, joyfully accepts his country’s new duty to the organisation. On a short remark, he expresses his gratitude to “Suwarnakarta, Excellent, and Neuborrnia-Merientalia [as acting chairman], as well as all members and observers”. Eri also hopes that AIM will achieve stability on his term, as it will “guarantees success for the organisation”. With Jomblonisme term as Chairman, Eri’s term as Secretary General was also concluded on the same day.
As its first proposed resolution, Jomblonisme proposed Muhammad Azka I of Litania to replace Eri as Secretary General. The voting process still on progress as of today (06/09) despite general support for Azka appointment to the office. An AIM observer said that if Azka successfully elected, it may start a precedent for AIM Chairman to appoint leader of member states next in line on the chairman rotation system.
AIMNN, 06/09 – Republik Demokratik Sosialis Jomblonisme telah memulai masa jabatnya sebagai Ketua Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM) setelah upacara serah terima jabatan yang dilaksanakan Selasa lalu (01/09) pada Majelis Umum AIM. Jomblonisme menerima jabatan dari ketua sementara AIM setelah pembubaran Harjakarta pada Juli lalu.
Pada sidang yang dibuka oleh perwakilan ketua sementara Nabil Ihsan dari Institut Suwarnakarta, ia langsung menyatakan pengalihan jabatan ketua kepada Jomblonisme yang berada pada giliran selanjutnya dari sistem penggiliran Ketua AIM. “Saya nyatakan posisi Ketua AIM akan dipegang oleh Jomblonisme”, ucap Nabil seraya mengetuk palu pada rapat tersebut.
Presiden Jomblonisme, Eri Septio, dengan senang hati menerima keputusan Majelis Umum tersebut. Dalam pernyataan singkatnya, Eri berkata “Saya berterima kasih kepada [ketua sementara] Suwarnakarta, Excellent, dan Neuborrnia-Merientalia serta para anggota dan pengamat [atas dukungannya]”. Eri juga mengharapkan kestabilan kerjasama antar negara anggota AIM, dan berjanji akan membawa kesuksesan bagi organisasi. Dengan penunjukan Jomblonisme sebagai Ketua AIM, maka masa jabat Eri sebagai Sekretaris Jenderal juga berakhir.
Sebagai usulan pertamanya sebagai Ketua AIM, Jomblonisme mengajukan Muhammad Azka I dari Litania untuk menggantikannya sebagai Sekretaris Jenderal. Pemungutan suara untuk penunjukan Azka sebagai Sekretaris Jenderal masih berlangsung hingga hari ini (06/09), walaupun pendapat umum negara terhadap penunjukan Azka menunjukkan respon positif.
AIMNN (25/07) – Republic of Berakistan government declared their dissolution to the delegates of the General Assembly of the Association of Indonesian Micronations (AIM) yesterday (24/07).
Besides announcing their dissolution, Berakistan President Gempar also declared its departure from AIM and expressed his gratitude to AIM members, “I wishes to express my gratitude for delegates that has accepts me and treats me well here,” said Gempar.
Closing his remarks, Gempar hopes that Indonesian micronationalism progress could be continued, “I hope micronational movement, especially in Indonesia could be better and better,” said Gempar before finally departs from the assembly chamber.
General Assembly delegates also reciprocally thanking Gempar for his participation in AIM. The response was made by Eri Septio of Jomblonisme, and Theodorus Diaz of Excellent.
By the virtue of a member state’s dissolution, Berakistan membership in AIM was automatically revoked as well in 24 July 2020.
Berakistan Survived for 2 Years
Berakistan was a micronation that was located in West Java established on 7 January 2018. The country was ruled by Moch. Gempar since its establishment until its dissolution in 2020. Berakistan was accepted as AIM observer in early 2019, and full membership status was bestowed to the country on 8 October 2019.
Observers had seen Berakistani declining trend since early 2020 that may be caused by inactivity. Observers also cited Berakistani decreasing attendance rate to the General Assembly meeting and failure to vote on multiple past resolutions. Berakistan also did not attend the General Assembly Special Session on 11 July this month.
Menurut pengamat, Berakistan telah berusaha melawan ketidakaktifan yang bisa jadi menjadi alasan utama pembubarannya. Para pengamat telah memerhatikan Berakistan yang sudah jarang hadir pada sidang Majelis Umum dan sudah tidak ikut serta pada beberapa pemungutan suara organisasi beberapa waktu lalu. Berakistan juga tidak menghadiri Sidang Istimewa Majelis Umum AIM pada 11 Juli lalu.
AIMNN (25/07) – Pemerintah Republik Berakistan mengumumkan pembubaran dirinya pada anggota Majelis Umum Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM) kemarin (24/07).
Dalam pernyataan tersebut, selain menyatakan pembubaran Presiden Gempar juga menyatakan pengunduran diri dari AIM dan ucapan terima kasihnya kepada anggota AIM yang telah bersikap baik kepadanya. “Saya sangat berterima kasih karena telah diterima dan diperlakukan dengan baik di sini,” ujar Gempar.
Menutup pernyataannya, Gempar berharap supaya mikronasionalisme Indonesia dapat semakin berkembang, “Semoga mikronasionalisme dunia, khususnya di Indonesia bisa semakin maju dan lebih baik lagi,” tutup Gempar, sebelum meninggalkan ruang sidang Majelis Umum.
Merespon pernyataan Gempar, delegasi Majelis Umum turut mengucapkan terima kasih kepada Gempar, di antaranya Eri Septio dari Jomblonisme dan Theodorus Diaz dari Excellent.
Dengan pembubaran Berakistan, maka keanggotaan AIM kepada negara tersebut secara otomatis dicabut sejak 24 Juli 2020.
Berakistan Bertahan 2 Tahun
Berakistan adalah sebuah negara mikro yang berlokasi di Jawa Barat dan didirikan pada 7 Januari 2018 lalu. Negara tersebut didirikan dan terus dipimpin oleh Moch. Gempar sampai pembubarannya tahun 2020. Berakistan diterima sebagai anggota AIM pada awal tahun 2019, dengan keanggotaan penuh dianugerahkan pada 8 Oktober 2019.
Menurut pengamat, Berakistan telah berusaha melawan ketidakaktifan yang bisa jadi menjadi alasan utama pembubarannya. Para pengamat telah memerhatikan Berakistan yang sudah jarang hadir pada sidang Majelis Umum dan sudah tidak ikut serta pada beberapa pemungutan suara organisasi beberapa waktu lalu. Berakistan juga tidak menghadiri Sidang Istimewa Majelis Umum AIM pada 11 Juli lalu.
AIMNN (11/07) – Association of Indonesian Micronations (AIM) General Assembly Special Session successfully took place today (11/07). AIM General Assembly delegates agreed to have a special session to celebrates the 9th anniversary of AIM.
AIM General Assembly special session was attended by 10 out of 16 member states and observers of AIM. Countries attending the session are Al-Muqaddimah, Astanesia, Cutlavania, Excellent, Falalia, Halenesia, Jomblonisme, Litania, St. John, dan Institut Suwarnakarta. Attending countries are represented by their own delegates. The special session was opened by AIM Secretary General Eri Septio on 20.45 Western Indonesian Time (UTC +7).
The special session was started by singing the organisation anthem “Cahaya Asia Tenggara” with a new melodic arrangement composed by Excellent leader Theodorus Diaz. The session afterward continued by a moment of remembrance for past micronations and special dedication for former Arkaporean leader Tian Abdurrahman that was passed away in 2019. Remarks from the Acting Chairman council member Theodorus Diaz and Secretary General Eri Septio follows.
Member States Reporting Their Countries
The session continues by member states report. At this part, member states shared much information about their countries, these include states’ history, current development target, and past challenges and hindrances.
Excellent leader Theodorus Diaz applauded his successful bilateral meeting with Harjakarta earlier this year, while also reported his plan for the first Excellent general election. Cutlavania reported their recent challenges to develop micronational economic and a tax system that was hindered by the recent Covid-19 outbreak.
King Jan II of Halenesia recalls his country’s history and his personal story that he was inspired to continue his country after a visit to Japan. Jan II also explain Halenesian flag colour that represents racial harmony in his country. Jomblonisme president Eri Septio continues by explaining his inspiration to create Jomblonisme and the current situation of his country.
Litanian delegation King Muhammad I Azka retells Litanian historical roots that stemmed since 2015, he also recalled various challenges Litania had, that includes foreign invasion and betrayal of one of his ministers to the enemy. St. John leader William Timothy also explained past conflicts of his former micronations, that was highly affected St. John current micronational activities today.
“Indonesian Police Told Us to Disband Ourselves!”
Attendees of AIM General Assembly Special Session to celebrates AIM 9th Anniversary
The session proceeds by a free discussion with the main theme on the current situation of Indonesian micronational movement. Delegates are particularly enthusiastic about the following discussion and debates on the theme.
The first discussion was on the 2020 Indonesian micronations shock and Indonesian authority response against Keraton Agung Sejagat and the Sunda Empire. In reflection on the situation, delegates admitted that there are many factors that causing micronationalism in Indonesia not to be popularly accepted, particularly on the Indonesian threat of separatism that resulted in public insistence to brand micronational movement as separatists.
Falalian leader remarks on Indonesian authority reaction to micronations aroused delegates’ curiousity, as he claimed that Indonesian police once reprimand him due to his micronational movement. “The police forced us to disband our country because he believed that our micronation is a separatist movement,” King Muhammad I Shah recalled the moment. Litanian leader also admitted that they once experienced the same situation.
The discussion continues on how to improve the image of the Indonesian micronational movement and to dissociate it with the separatist movement. Delegates believed that the current best method are continuous educational effort and to clarify itself that micronational movement is not a separatist movement. Special session delegates also agreed that a micronation is different with “fictional country”, as the latter existed only in narratives while a micronation would always involved physical activities and interaction in the real world.
Member states lastly praised the Indonesian micronational community openness to micronations belonging to members of ideological and religious minority, that if they openly declared their faith, they would not be accepted easily by the Indonesian public.
AIM General Assembly special session was adjourned by member of the Acting Chairman council Nabil Ihsan on 22.55 Western Indonesian Time (UTC +7). AIM member states then hoped that these kind of special session could take place next year on the 10th anniversary of AIM.
Salindia lembar pertama SI Majelis Umum dalam rangka perayaan 9 tahun AIM
AIMNN (11/07) – Sidang Istimewa (SI) Majelis Umum Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM) telah berjaya dilaksanakan dan selesai dengan gemilang pada hari ini (11/07). Pelaksanaan SI ini diadakan dalam rangka merayakan ulang tahun AIM yang ke-9.
SI AIM hari ini dihadiri oleh 10 dari 16 negara anggota dan pengamat AIM, yaitu Al-Muqaddimah, Astanesia, Cutlavania, Excellent, Falalia, Halenesia, Jomblonisme, Litania, St. John, dan Institut Suwarnakarta. Masing-masing anggota diwakili oleh perwakilan utama negara masing-masing. SI dibuka oleh Sekretaris Jenderal AIM Eri Septio pada pukul 20.45 WIB (21.45 WITA).
SI dimulai dengan menyanyikan lagu organisasi, “Cahaya Asia Tenggara” diiringi dengan aransemen musik baru oleh pemimpin Excellent, Theodorus Diaz. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mengheningkan cipta untuk memperingati negara-negara mikro yang telah lalu, dan terkhusus untuk Tian Abdurrahman (1994-2019). Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan perwakilan Ketua Sementara oleh Theodorus Diaz dan sambutan Sekretaris Jenderal Eri Septio.
Negara Anggota Menjelaskan Keadaan Negara
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan laporan negara anggota. Pada mata acara ini, peserta Sidang Istimewa menjelaskan berbagai hal, di antaranya mengenai sejarah singkat negaranya, target negara terkini, serta rintangan dan kesulitan yang dihadapi.
Pemimpin Excellent Theodorus Diaz menjelaskan mengenai keberhasilannya mengadakan pertemuan bilateral dengan Harjakarta pada Maret lalu, dan kemudian menjelaskan rencana pemilihan umum Excellent pertama yang akan dilaksanakan tahun depan. Selain itu Cutlavania juga menjelaskan mengenai tantangan dalam mengembangkan ekonomi dan sistem pajak mikronasional.
Delegasi Halenesia Raja Jan menceritakan mengenai sejarah negaranya, kemudian motivasinya menghidupkan kembali Halenesia setelah berkunjung ke Jepang, dan makna warna bendera negaranya yang merepresentasikan persatuan rasial negara tersebut. Presiden Jomblonisme Eri Septio selanjutnya menjelaskan inspirasi pendirian Jomblonisme dan kondisi negaranya saat ini.
Delegasi Litania Raja Muhammad I Azka memaparkan mengenai cikal-bakal Litania yang telah muncul sejak tahun 2015, serta rintangan yang dihadapi dalam negara tersebut, termasuk invasi negeri asing dan pengkhianatan petinggi negara. Pemimpin St. John William Timothy kemudian menjelaskan tentang sejarah kegiatan mikronasionalnya, termasuk konflik yang terjadi di masa lalu menjadi pelajaran penting bagi St. John di masa kini.
“Polisi Pernah Mendatangi Kami!”
Peserta SI Majelis Umum dalam rangka perayaan 9 tahun AIM
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi bebas dengan tema mikronasionalisme Indonesia saat ini. Peserta sangat antusias dalam perbincangan dan sawala terhadap hal-hal yang dibahas pada diskusi tersebut.
Pembahasan peserta SI terhadap fenomena gegar negara mikro Indonesia yang terjadi pada Januari 2020 terhadap Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire khususnya berlangsung hangat. Peserta SI memahami bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan mikronasionalisme belum dapat diterima oleh khalayak Indonesia, termasuk di antaranya ancaman separatisme dan mudahnya melabeli gerakan mikronasional sebagai separatisme.
Pernyataan pemimpin Falalia pun menyulut keingintahuan peserta SI, karena akhirnya mereka mengakui bahwa polisi Indonesia pernah mendatanginya pada tahun 2013. “Polisi tersebut meminta kami membubarkan negara karena curiga ini gerakan separatis,” ujar Raja Muhammad I Shah. Delegasi Litania turut bercerita bahwa mereka pernah menghadapi situasi yang sama sebagaimana Falalia.
Diskusi kemudian berlanjut dengan bahasan tentang cara memperbaiki citra mikronasionalisme dan mendisosiasikannya dengan separatisme. Delegasi SI bersepakat bahwa cara terbaik saat ini adalah dengan melakukan edukasi dan memberikan klarifikasi. Delegasi juga bersepakat bahwa negara mikro berbeda dengan negara fiksi, karena negara mikro dapat melibatkan aktivitas fisik yang semarak dibandingkan negara fiksi yang hanya berbentuk narasi saja.
Diskusi bebas kemudian ditutup dengan pujian terhadap sektor Indonesia yang amat terbuka dengan kelompok minoritas Indonesia yang akan sulit diterima masyarakat Indonesia, terutama kaum agama minoritas dan penganut ide Komunisme, yang menjadi bagian komunitas Indonesia.
SI Majelis Umum AIM kemudian ditutup oleh Ketua Sementara, Nabil Ihsan pada pukul 22.55 WIB (23.55 WITA). Negara-negara mikro anggota AIM seluruhnya berharap supaya SI sejenis dapat dilaksanakan tahun depan saat perayaan 10 tahun AIM.
AIMNN (03/07) – Government of Harjakarta has declared the dissolution of the country effective today (03/07) at 21.00 Western Indonesia Time (UTC +7). Leader of Harjakarta, Tommy N., declares the dissolution of his country on the Association of Indonesian Micronations (AIM) General Assembly.
Despite Tommy are yet to clarify his reason to disband Harjakarta, Excellent leader Theodorus Diaz explained that Tommy’s personal affairs is his greatest concern at this time. “He certainly has set a plan for his future that he wish to pursuit,” said Diaz.
Dissolution of Harjakarta clearly affected AIM, since the Chairman office – currently presided by Harjakarta – would be vacant.
Indonesian Micronations Parting with Harjakarta
Indonesian micronations expressed their sorrow after learning the news about Harjakarta dissolution. Harjakarta has successfully developed itself as an example of a moderate micronation that able to mediate conflicting parties and micronations. Tommy’s micronational career that has spanned for almost a decade, would also caused further loss to the community that has been extremely accustomed with his presence in the organisation.
Theodorus Diaz said, “I am honoured to know Tommy as a friend, and as an ally.” Diaz further requested Indonesian micronations to show their respect, and to remember Harjakarta as a great role model for the community.
Falalian leader, Muhammad I also requested that the community shall respect any personal decision that has been decided by Tommy, including to disband his micronation.
“We Should Immediately Convene”
Vacancy of the Chairman position after Harjakarta departure forced AIM General Assembly to convene on a special session to resolve the issue. The issue was made further complicated since the AIM Charter are yet to regulate on the case of vacancy of chairman office.
AIM Secretary General, Eri Septio proposed the special session to convene tomorrow (04/07). Theodorus Diaz also requested that the General Assembly shall immediately appoint a caretaker to replace the chairman.
Several delegations also propose amendments to other articles of the Charter to be jointly amended with the necessary articles on chairman’s vacancy. One of the proposed amendment is on articles concerning conditions of membership revocation that was regulated by the By-laws.
AIMNN (03/07) – Pemerintah Praja Harjakarta telah menyatakan pembubaran negara tersebut hari ini (03/07) berlaku serta merta sejak pukul 21.00 WIB, setelah pemimpin Harjakarta Tommy N. mengumumkan pembubaran negaranya pada Majelis Umum Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM).
Walaupun Tommy tidak memberitakan alasan pembubaran negaranya, namun keterangan pemimpin Excellent, Theodorus Diaz, menyatakan bahwa kepentingan pribadi Tommy menjadi salah satu alasannya membubarkan Harjakarta. “Beliau tentu masih memiliki rencana masa depan untuk disiapkan saat ini,” jelas Theodorus Diaz.
Pembubaran Harjakarta berdampak pada AIM, karena saat ini Harjakarta merupakan Negara Ketua AIM. Pembubarannya menyebabkan posisi Negara Ketua saat ini kosong.
Negara Mikro Indonesia Melepas Harjakarta
Merespon pembubaran Harjakarta, negara-negara mikro Indonesia merasa kehilangan yang amat besar, terutama karena Harjakarta sampai saat ini dinilai berhasil menjadi contoh negara mikro yang moderat dan dapat menjadi penengah bagi negara mikro berkonflik. Terlebih lagi dengan karir mikronasionalisme Tommy yang sudah berusia satu dekade, sehingga AIM sangat kehilangan tokoh yang sehari-harinya selalu ada dalam organisasi.
Theodorus Diaz menyatakan “Saya merasa terhormat untuk mengenal Tommy sebagai teman dan sekutu,” selain itu ia juga meminta supaya negara-negara anggota AIM mengkekalkan kenangan Harjakarta dan persahabatan dengan Tommy di lubuk hati masing-masing.
Selain itu, pemimpin Falalia, Raja Muhammad I juga menyatakan supaya negara-negara anggota dapat menghormati keputusan Tommy membubarkan Harjakarta.
“AIM Harus Segera Bersidang”
Kekosongan posisi Negara Ketua menyebabkan Majelis Umum AIM harus mengadakan rapat istimewa untuk membahas masalah tersebut. Hal ini terjadi karena AD-ART AIM tidak memiliki pasal yang mengatur mengenai mundurnya negara ketua.
Sekretaris Jenderal AIM, Eri Septio mengusulkan supaya sidang istimewa Majelis Umum AIM untuk dilaksanakan besok (04/07). Selain itu, Theodorus Diaz juga meminta supaya Majelis Umum segera menunjuk pengganti Harjakarta sebagai negara ketua.
Selain untuk memberikan penjelasan terhadap status negara ketua, beberapa delegasi Majelis Umum turut mengusulkan beberapa pasal yang dapat diamendemen dalam AD-ART AIM. Salah satu usulan pasal yang dapat diamendemen adalah mengenai syarat-syarat pencabutan keanggotaan negara.
Asassin rebel declaration after took over official Instagram account.
AIMNN, 30/06 – Anti-government rebels has took over Asassin government. The declaration was made by the rebels after successfully took over Asassin government official account yesterday. (28/06).
On the declaration, Asassin rebels declares their success on taking over the regime. The rebels also decreed a new flag and emblem for the country, while renaming Asassin as a “Cyber Republic”.
Asassin rebels also took over communication line of the government to the Association of Indonesian Micronations (AIM). Soon after, the rebels declared Asassin withdrawal from AIM yesterday (29/06), in a possible attempt to block contact with outside micronational world.
As of today, no more information about Asassin that has been publish by the rebels, as well as information about the whereabouts of the deposed leader. There are also no known attempt on the deposed Asassin government to publish a rival information against the rebel.
Asassin Representatives Warned Assembly Delegates
Prior to the coup, Asassin leader has issued a warning on the recent protests occurred on his country. The warning was announced by Asassin delegates on the AIM General Assembly on Friday (26/06).
Asassin delegates informed assembly delegates that their country is in turmoil after the government passed a law on cyber accessibility. The law was opposed by much of the citizens, with an anti-cyber law group was formed shortly after the passing.
Despite Asassin delegates informed no more information about which part of the law caused the protest, they declared that the anti-cyber law group already intensify their hostility against the government. Asassin delegates further reported that the group threatened to block government access to outside world in case of a successful coup.
“We need more information on Asassin”
AIM member states admitted that they need more clarity and information on the recent events in Asassin after the turmoil. Member states also lamented the Asassin delegates reluctance to share more about their issue to the assembly before the coup. These issue prevented AIM from declaring an official stance on Asassin.
Halenesian leader, Jan II declared that he needs more information on Asassin before taking a stance. He further commented, “[due to lack of information], our intention to help Asassin are hindered because we have no idea what is happening there”.
Suwarnakarta Institute leader Nabil Ihsan also criticise Asassin reluctant to be open more on current issue in Asassin, “The country should actually able to utilise AIM to attract support to the legitimate government in case that these kind of turmoil occurres” he commented yesterday (29/06).
Pernyataan pemberontak Asassin setelah berhasil mengambil alih pemerintahan.
AIMNN, 30/06 – Pemberontak anti-pemerintah di Republik Asassin telah “berhasil merebut kekuasaan” dan mengambil alih negara. Pernyataan tersebut dibuat oleh pemberontak Asassin selumbari (28/06).
Dalam pernyataan tersebut, pemberontak Asassin yang berhasil mengambil alih media sosial resmi pemerintah menyatakan pengambilalihan pemerintahan. Selain itu, pemberontak juga menyatakan mengganti bendera serta lambang negara, dan menyatakan mengganti nama negara menjadi “Republik Cyber Asassin”.
Pemberontak Asassin juga berhasil mengakses dan mengambil alih media hubung resmi negara dengan Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM). Pemberontak Asassin langsung membuat pernyataan mengeluarkan Asassin dari AIM kemarin (29/06).
Selain daripada informasi di atas, masih belum ada kabar terbaru mengenai keadaan Asassin setelah pengambilalihan kekuasaan. Informasi mengenai pemimpin negara yang digulingkan, serta nasib pemimpin Asassin sebelumnya, juga masih simpang siur.
Perwakilan Asassin Memberi Peringatan
Sebelum pemberontak berhasil mengambil alih negara, presiden Asassin sebelumnya telah mengeluarkan peringatan terkait gejolak di negaranya. Amaran tersebut dibuat oleh perwakilan Asassin di Majelis Umum AIM pada 26 Juni kemarin.
Dalam pernyataannya, perwakilan Asassin menyatakan bahwa sedang terjadi protes yang dipimpin oleh kelompok anti-UU Siber yang dibuat pemerintah Asassin sebelumnya. Perwakilan Asassin tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana UU Siber tersebut menyebabkan protes.
Perwakilan Asassin pula menyatakan bahwa pemberontak akan memblokir akses pemerintah dengan negara-negara mikro lain, termasuk di antaranya AIM, apabila berhasil mengambil alih pemerintahan.
Kurang Informasi
Negara-negara anggota AIM menyatakan masih berusaha mencari informasi lebih lanjut mengenai Asassin setelah pengambilalihan kekuasaan tersebut, terlebih karena sebelumnya sangat sedikit informasi yang diberikan pemerintah Asassin sehingga membuat negara anggota masih belum menentukan sikap.
Pemimpin Halenesia, Jan II menyatakan bahwa ia masih perlu informasi lebih lanjut tentang Asassin. “[karena kurangnya informasi] … kita mau membantu namun tidak tahu apa yang terjadi”, sebutnya.
Selain itu, pemimpin Institut Suwarnakarta Nabil Ihsan juga menyayangkan kurang terbukanya Asassin dengan masalah negaranya, “Seharusnya Asassin bisa memanfaatkan AIM untuk mencari dukungan apabila terjadi pertentangan di negara tersebut”, ucapnya kemarin (29/06).