Category Archives: Halenesia

AIM General Assembly Special Session Celebrates AIM 9th Anniversary

Logo of the 9th anniversary of AIM

AIMNN (11/07) – Association of Indonesian Micronations (AIM) General Assembly Special Session successfully took place today (11/07). AIM General Assembly delegates agreed to have a special session to celebrates the 9th anniversary of AIM.

AIM General Assembly special session was attended by 10 out of 16 member states and observers of AIM. Countries attending the session are Al-Muqaddimah, Astanesia, Cutlavania, Excellent, Falalia, Halenesia, Jomblonisme, Litania, St. John, dan Institut Suwarnakarta. Attending countries are represented by their own delegates. The special session was opened by AIM Secretary General Eri Septio on 20.45 Western Indonesian Time (UTC +7).

The special session was started by singing the organisation anthem “Cahaya Asia Tenggara” with a new melodic arrangement composed by Excellent leader Theodorus Diaz. The session afterward continued by a moment of remembrance for past micronations and special dedication for former Arkaporean leader Tian Abdurrahman that was passed away in 2019. Remarks from the Acting Chairman council member Theodorus Diaz and Secretary General Eri Septio follows.

Member States Reporting Their Countries

The session continues by member states report. At this part, member states shared much information about their countries, these include states’ history, current development target, and past challenges and hindrances.

Excellent leader Theodorus Diaz applauded his successful bilateral meeting with Harjakarta earlier this year, while also reported his plan for the first Excellent general election. Cutlavania reported their recent challenges to develop micronational economic and a tax system that was hindered by the recent Covid-19 outbreak.

King Jan II of Halenesia recalls his country’s history and his personal story that he was inspired to continue his country after a visit to Japan. Jan II also explain Halenesian flag colour that represents racial harmony in his country. Jomblonisme president Eri Septio continues by explaining his inspiration to create Jomblonisme and the current situation of his country.

Litanian delegation King Muhammad I Azka retells Litanian historical roots that stemmed since 2015, he also recalled various challenges Litania had, that includes foreign invasion and betrayal of one of his ministers to the enemy. St. John leader William Timothy also explained past conflicts of his former micronations, that was highly affected St. John current micronational activities today.

“Indonesian Police Told Us to Disband Ourselves!”

Attendees of AIM General Assembly Special Session to celebrates AIM 9th Anniversary

The session proceeds by a free discussion with the main theme on the current situation of Indonesian micronational movement. Delegates are particularly enthusiastic about the following discussion and debates on the theme.

The first discussion was on the 2020 Indonesian micronations shock and Indonesian authority response against Keraton Agung Sejagat and the Sunda Empire. In reflection on the situation, delegates admitted that there are many factors that causing micronationalism in Indonesia not to be popularly accepted, particularly on the Indonesian threat of separatism that resulted in public insistence to brand micronational movement as separatists.

Falalian leader remarks on Indonesian authority reaction to micronations aroused delegates’ curiousity, as he claimed that Indonesian police once reprimand him due to his micronational movement. “The police forced us to disband our country because he believed that our micronation is a separatist movement,” King Muhammad I Shah recalled the moment. Litanian leader also admitted that they once experienced the same situation.

The discussion continues on how to improve the image of the Indonesian micronational movement and to dissociate it with the separatist movement. Delegates believed that the current best method are continuous educational effort and to clarify itself that micronational movement is not a separatist movement. Special session delegates also agreed that a micronation is different with “fictional country”, as the latter existed only in narratives while a micronation would always involved physical activities and interaction in the real world.

Member states lastly praised the Indonesian micronational community openness to micronations belonging to members of ideological and religious minority, that if they openly declared their faith, they would not be accepted easily by the Indonesian public.

AIM General Assembly special session was adjourned by member of the Acting Chairman council Nabil Ihsan on 22.55 Western Indonesian Time (UTC +7). AIM member states then hoped that these kind of special session could take place next year on the 10th anniversary of AIM.

Advertisement

Sidang Istimewa Majelis Umum Merayakan 9 Tahun AIM

Salindia lembar pertama SI Majelis Umum dalam rangka perayaan 9 tahun AIM

AIMNN (11/07) – Sidang Istimewa (SI) Majelis Umum Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM) telah berjaya dilaksanakan dan selesai dengan gemilang pada hari ini (11/07). Pelaksanaan SI ini diadakan dalam rangka merayakan ulang tahun AIM yang ke-9.

SI AIM hari ini dihadiri oleh 10 dari 16 negara anggota dan pengamat AIM, yaitu Al-Muqaddimah, Astanesia, Cutlavania, Excellent, Falalia, Halenesia, Jomblonisme, Litania, St. John, dan Institut Suwarnakarta. Masing-masing anggota diwakili oleh perwakilan utama negara masing-masing. SI dibuka oleh Sekretaris Jenderal AIM Eri Septio pada pukul 20.45 WIB (21.45 WITA).

SI dimulai dengan menyanyikan lagu organisasi, “Cahaya Asia Tenggara” diiringi dengan aransemen musik baru oleh pemimpin Excellent, Theodorus Diaz. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mengheningkan cipta untuk memperingati negara-negara mikro yang telah lalu, dan terkhusus untuk Tian Abdurrahman (1994-2019). Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan perwakilan Ketua Sementara oleh Theodorus Diaz dan sambutan Sekretaris Jenderal Eri Septio.

Negara Anggota Menjelaskan Keadaan Negara

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan laporan negara anggota. Pada mata acara ini, peserta Sidang Istimewa menjelaskan berbagai hal, di antaranya mengenai sejarah singkat negaranya, target negara terkini, serta rintangan dan kesulitan yang dihadapi.

Pemimpin Excellent Theodorus Diaz menjelaskan mengenai keberhasilannya mengadakan pertemuan bilateral dengan Harjakarta pada Maret lalu, dan kemudian menjelaskan rencana pemilihan umum Excellent pertama yang akan dilaksanakan tahun depan. Selain itu Cutlavania juga menjelaskan mengenai tantangan dalam mengembangkan ekonomi dan sistem pajak mikronasional.

Delegasi Halenesia Raja Jan menceritakan mengenai sejarah negaranya, kemudian motivasinya menghidupkan kembali Halenesia setelah berkunjung ke Jepang, dan makna warna bendera negaranya yang merepresentasikan persatuan rasial negara tersebut. Presiden Jomblonisme Eri Septio selanjutnya menjelaskan inspirasi pendirian Jomblonisme dan kondisi negaranya saat ini.

Delegasi Litania Raja Muhammad I Azka memaparkan mengenai cikal-bakal Litania yang telah muncul sejak tahun 2015, serta rintangan yang dihadapi dalam negara tersebut, termasuk invasi negeri asing dan pengkhianatan petinggi negara. Pemimpin St. John William Timothy kemudian menjelaskan tentang sejarah kegiatan mikronasionalnya, termasuk konflik yang terjadi di masa lalu menjadi pelajaran penting bagi St. John di masa kini.

“Polisi Pernah Mendatangi Kami!”

Peserta SI Majelis Umum dalam rangka perayaan 9 tahun AIM

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi bebas dengan tema mikronasionalisme Indonesia saat ini. Peserta sangat antusias dalam perbincangan dan sawala terhadap hal-hal yang dibahas pada diskusi tersebut.

Pembahasan peserta SI terhadap fenomena gegar negara mikro Indonesia yang terjadi pada Januari 2020 terhadap Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire khususnya berlangsung hangat. Peserta SI memahami bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan mikronasionalisme belum dapat diterima oleh khalayak Indonesia, termasuk di antaranya ancaman separatisme dan mudahnya melabeli gerakan mikronasional sebagai separatisme.

Pernyataan pemimpin Falalia pun menyulut keingintahuan peserta SI, karena akhirnya mereka mengakui bahwa polisi Indonesia pernah mendatanginya pada tahun 2013. “Polisi tersebut meminta kami membubarkan negara karena curiga ini gerakan separatis,” ujar Raja Muhammad I Shah. Delegasi Litania turut bercerita bahwa mereka pernah menghadapi situasi yang sama sebagaimana Falalia.

Diskusi kemudian berlanjut dengan bahasan tentang cara memperbaiki citra mikronasionalisme dan mendisosiasikannya dengan separatisme. Delegasi SI bersepakat bahwa cara terbaik saat ini adalah dengan melakukan edukasi dan memberikan klarifikasi. Delegasi juga bersepakat bahwa negara mikro berbeda dengan negara fiksi, karena negara mikro dapat melibatkan aktivitas fisik yang semarak dibandingkan negara fiksi yang hanya berbentuk narasi saja.

Diskusi bebas kemudian ditutup dengan pujian terhadap sektor Indonesia yang amat terbuka dengan kelompok minoritas Indonesia yang akan sulit diterima masyarakat Indonesia, terutama kaum agama minoritas dan penganut ide Komunisme, yang menjadi bagian komunitas Indonesia.

SI Majelis Umum AIM kemudian ditutup oleh Ketua Sementara, Nabil Ihsan pada pukul 22.55 WIB (23.55 WITA). Negara-negara mikro anggota AIM seluruhnya berharap supaya SI sejenis dapat dilaksanakan tahun depan saat perayaan 10 tahun AIM.

Halenesia in Pursuit for New Parliament Speaker

Laporan Halenesia, 25/06 – King and Prime Minister of Halenesia, Jan II, has announced that a debate among leaders of political parties represented on the national Parliament would take place next Tuesday (30/06). The planned debate would be followed with election of Parliament Speaker.

Jan II has previously announced the parliamentary seats last Tuesday (23/06), with the seats distributed based on political parties performance during a public vote took place beforehand. The public vote resulting on victory of the People’s Freedom Party (PKM) that gained 6 seats, against the National Conservatives’ (PNK) 4 seats, and the Social Democratic Party’s (SDP) 3 seats. By order of Jan II, two parliament seats would remain vacant, resulting in political parties controlling only 13 out of 15 total seats of the Parliament.

Jan II has announced the start of campaign period yesterday (24/06), and will be concluded on 29 June, with the debate took place on the following day. Jan II has allowed candidates for Parliament Speaker to hold campaign to gather public support.

Unusual among other micronations, Halenesian Parliament Speaker election involves all eligible voters that will vote for speaker candidates on a national vote.

Halenesia Mencari Ketua Parlemen Baru

Laporan Halenesia, 25/06 – Raja sekaligus Perdana Menteri Halenesia, Jan II, telah mengumumkan pelaksanaan debat antar partai parlemen yang akan dilakukan pada Selasa pekan depan (30/06). Debat tersebut adalah untuk menentukan posisi Ketua Parlemen Halenesia.

Sebelumya, Jan II telah mengumumkan jumlah kursi yang akan diduduki partai politik Halenesia di dalam Parlemen sesuai hasil pemungutan suara yang diterbitkan selumbari (23/06). Hasil pemungutan suara tersebut menunjukkan 6 kursi dimenangkan oleh Partai Kebebasan Masyarakat (PKM), 4 kursi untuk Partai Nasional Konservatif (PNK), dan 3 kursi untuk Partai Demokrat Sosialis (SDP). Berdasarkan perintah Jan II, dua kursi parlemen akan dikosongkan sehingga partai politik hanya akan mengendalikan 13 kursi dari total 15 kursi di Parlemen.

Jan II telah menyatakan masa kampanye dimulai sejak kemarin (24/06), dan akan berlangsung hingga 29 Juni esok, sebelum debat pada 30 Juni. Jan II mempersilakan calon ketua parlemen untuk melakukan kampanye masing-masing demi menghimpun dukungan kepada mereka.

Berbeda dari negara lain, mekanisme pemilihan Ketua Parlemen Halenesia dilakukan melalui pemilu demokratis yang melibatkan seluruh rakyat Halenesia.

AIM Symbols Guidelines Made Official

AIM Flag, one of the symbols regulated on the guidelines

AIMNN, 20/05 – Association of Indonesian Micronations (AIM) Symbols Guidelines has passed General Assembly votes to be made official today (20/05). The proposed guidelines received unanimous support from member states. The guidelines will regulate AIM symbols and its usage by the organisation and member states.

The guidelines recognises five symbols as official. Those symbols are the flag, emblem, anthem, slogan, and official cities. The guidelines provides description on symbol’s history, meaning, and usage regulations.

Organisation slogan “Bhinneka Tunggal Ika” (English: Unity in Diversity) was recognised for the first time as official, despite it was already in use since AIM founding in 2011, even depicted in AIM logo from 2011 until 2014.

AIM also recognises official cities, with Tian Generations Place as honorary capital, and capital of state chairman is set to be administrative centre. Recognition of Tian Generations Place as honorary capital is one AIM effort to pay homage to Tian Abdurrahman (1994-2019), as it was the first capital city of Bobodolands Federation (2011-2012), his first micronation.

AIM member states are expected to adhere to the symbol guidelines when using AIM symbols in the future.

Harjakarta Called for Drafting Committee

Beforehand, a drafting committee was formed and successfully working on the guidelines draft in a period between 7 May until 13 May 2020. Members of the drafting committee were Joel Wijaya of Halenesia, Aaron Penyami and Arda Mudarso of Neuborrnia-Merientalia, and Muhammad Iqbal from Falalia.

The drafting committee was proposed by Chairman Harjakarta as an effort to increase new member states participation in AIM lawmaking and resolution-drafting process.

In general, composition of AIM laws were performed inside the General Assembly. The final draft was later perfected by the Correspondence Department by member states consent before ratification.


Panduan Simbol AIM Diresmikan

Bendera AIM, satu dari lima simbol organisasi yang diatur pada Panduan Simbol

AIMNN, 20/05 – Panduan Simbol Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM) resmi berlaku setelah mendapatkan sokongan penuh terhadap pengesahannya dari negara anggota pada sidang Majelis Umum hari ini (20/05). Panduan tersebut akan menjadi dasar aturan dari penggunaan simbol AIM bagi organisasi dan negara anggota.

Panduan tersebut mengakui lima simbol organisasi, yaitu bendera, lambang, lagu organisasi, semboyan, serta kota-kota simbolis. Panduan tersebut memberikan penjelasan tentang sejarah simbol, makna, serta mengatur tata cara penggunaannya.

Semboyan organisasi “Bhinneka Tunggal Ika” untuk pertama kalinya diakui secara tertulis sebagai simbol resmi AIM, walaupun telah digunakan sejak pendirian AIM pada Juli 2011 dan menjadi bagian logo organisasi dari tahun 2011 hingga 2014.

AIM juga menetapkan kota penting sebagai simbol organisasi, yaitu Tian Generations Place yang diakui sebagai ibukota simbolis, serta ibukota negara ketua yang dinyatakan sebagai pusat administrasi AIM. Tian Generations Place merupakan nama ibukota pertama Federasi Bobodolands (2011-2012), negara mikro pertama yang dipimpin oleh mendiang Tian Abdurrahman (1994-2019). Pengakuan ini merupakan komitmen organisasi untuk memberikan penghormatan kepada Tian.

Panduan simbol ini diharapkan dapat menjadi sumber utama bagi negara anggota serta institusi apabila memerlukan penggunaan simbol AIM di kemudian hari.

Gagasan Regu Penyusun

Sebelumnya, sebuah regu penyusun naskah telah dibentuk dan berhasil menyelesaikan naskah awal panduan tersebut semasa kerjanya dari tanggal 7 Mei hingga 13 Mei 2020. Anggota regu penyusun terdiri dari Joel Wijaya dari Halenesia, Aaron Penyami dan Arda Mudarso dari Neuborrnia-Merientalia, serta Muhammad Iqbal dari Falalia.

Pembentukan regu penyusun ini merupakan gagasan negara ketua Harjakarta yang sebelumnya meminta penyusunan aturan simbol AIM, dan merupakan usaha untuk lebih melibatkan negara anggota, khususnya anggota baru dalam penyusunan naskah hukum organisasi.

Pada umumnya, proses penyusunan naskah organisasi langsung dilakukan pada sidang Majelis Umum AIM. Pembahasan dilakukan sampai selesai, dan naskah disahkan oleh Majelis Umum setelah dirapikan oleh Departemen Korespondensi Sekretariat.


AIM Experienced Most Membership Addition on a Day

AIMNN, 20/03 – Association of Indonesian Micronations (AIM) has experienced its most membership addition in a day, after 3 micronations is accepted to the organisation on the same day.

Today (20/03), AIM has accepted applications of the State of the Kingdom of Al-Muqaddimah, Kingship of Cutlavania, and United Republic of Helanesia as observer of the organisation.

The addition is the most on a day since the establishment of the organisation, since AIM annual average number of membership addition until now is only 5 members. Responding on the addition, Prince Tommy of Harjakarta said that the occassion “must be reported”.

AIM membership status are divided into two, which is the full membership and observership. Observer members automatically received the status after their entry to the organisation and the General Assembly. Observer has 3 months of transition period and must also satisfy several conditions to be able to receives full membership status.

AIM Mengalami Penambahan Terbesar Negara Anggota dalam Sehari

AIMNN, 20/03 – Asosiasi Negara Mikro se-Indonesia (AIM) telah mengalami penambahan terbesar keanggotaan dalam sejarahnya, setelah 3 negara mikro sekaligus diterima sebagai anggota organisasi pada hari yang sama.

Pada hari ini (20/03), AIM telah menerima Negara Kerajaan Al-Muqaddimah, Kerajaan Cutlavania, serta Republik Persatuan Helanesia sebagai pengamat organisasi.

Penambahan ini merupakan yang terbanyak, karena rerata penambahan anggota sebelum ini hanya sekitar 5 negara setiap tahunnya. Menanggapi hal ini, Pangeran Tommy dari Harjakarta menyatakan bahwa hal ini “patut diberitakan”.

Status keanggotaan AIM terdiri dari dua kelompok, yaitu keanggotaan penuh, serta anggota pengamat. Anggota pengamat langsung mendapatkan statusnya setelah diterima pada Majelis Umum AIM, dan memiliki masa tunggu 3 bulan serta harus memenuhi syarat untuk kemudian mendapatkan status anggota penuh.